Paulo Dybala - Messinya Liga Itali

Paulo Bruno Exequiel Dybala atau biasa disebut Paulo Dybala adalah pesepakbola asal Argentina yang bermain untuk klub Italia, Juventus.


Paulo Dybala berposisi sebagai penyerang.

Paulo Dybala lahir di Laguna Larga, Córdoba, Argentina pada 15 November 1993.

Paulo Dybala merupakan anak dari pasangan bernama Adolfo Dybala dan Alicia de Dybala.

Gustavo dan Mariano adalah dua orang kaka laki-laki dari Paulo Dybala.

Paulo Dybala memiliki keturunan Polandia dari garis keturunan sang ayah, Adolfo Dybala.

Kakek Paulo Dybala yakni Bolesław Dybala berasal dari Krasniow, Polandia dan dia bermigrasi ke Argentina pada masa-masa perang dunia kedua. (1)

Selain Polandia, Paulo Dybala juga memiliki darah Italia dari garis keturunan sang ibu.

Nenek maternal Paulo Dybala yakni Da Messa berasal dari kota Naples, Italia. (2)

Paulo Dybala pun memiliki paspor Italia berkat DNA langsung yang ia miliki.

Paulo Dybala berasal dari keluarga menengah di Argentina.

Semasa kecil, Paulo Dybala sudah dibimbing sang ayah untuk mengenal dan menjadi pesepak bola.

Adolfo Dybala mengantar anaknya berlatih sepak bola setiap hari.

Namun, sayang sang ayah meninggal akibat kanker dan belum sempat menyaksikan bagaimana karier cemerlang Paulo Dybala di dunia sepak bola.

Saat itu Paulo Dybala masih berusia 15 tahun.

Awal karier

Pada usia kesembilan atau tahun 2003, Paulo Dybala masuk akademi klub Insituto de Cordoba.

Pemain dengan julukan La Joya atau si Permata ini memulai debut profesional pada 2011 saat usinya masih 17.

Paulo Dybala tak butuh lama untuk bersinar, meski saat itu klubnya hanya bermain di kasta kedua Liga Argentina.

Musim pertama sebagai pesepakbola profesional ia lalui dengan melahap 40 laga dan mencetak 17 gol.

Dan performa bagus itu lah yang membuatnya diangkut oleh klub asal Italia, Palermo dengan tebusan 8,6 juta euro (Rp136 miliar).

Palermo dan Awal Pembuktian

Bermain di kompetisi seperti Serie A Italia tentu tidaklah mudah.

Hal itu pula yang dirasakan oleh Paulo Dybala.

Meski dia tak mengalami kendala besar dalam beradaptasi karena Argentina dan Italia memiliki kedekatan sejarah sosio kultural yang panjang, terlebih Paulo Dybala memiliki sanak famili disana.

Yang lebih menjadi masalah adalah adaptasi dengan gaya bermain di Italia.

Ketaktisan bermain di Italia jauh lebih tinggi daripada di Argentina.

Ketika Paulo Dybala datang pada musim 2012-13, dia memang langsung menjadi pilar inti Palermo.

Namun, total dia hanya sukses mencetak tiga go, pada debutnya di Serie A dan terlebih, klub berjuluk Rosanero itu terdegradasi di akhir musim.

Bermain di Serie B pada 2013-14 sedikit banyak menempa mental bermain Dybala.

Ketika di Serie B, Paulo Dybala menemukan tandem bermain yang pas di Palermo yakni Franco Vazquez.

Duet Argentina namun sama-sama berpaspor Italia itu sukses membawa Palermo kembali ke Serie A pada 2014-2015.

Kombinasi antara Paulo Dybala yang bermain sebagai penyerang bayangan dan Franco Vazquez menjadi playmaker sangat padu dan mampu membuat Palermo mengamankan posisi di Serie A.

Dybala mencetak 13 gol dan Vazquez mengemas 10 gol pada musim 2014-2015 itu.

Juventus

Berkaki kidal, kaki lincah dan sering memulai serangan dari sisi kanan pertahanan lawan membuat Paulo Dybala disebut-sebut memiliki kemiripan dengan Lionel Messi.

Terlebih, Paulo Dybala bisa bermain sebagai gelandang kiri, gelandang serang tengah, dan striker, begitu juga megabintang Lionel Messi.

Maka, dengan segala kemungkinan dan catatan bagus selama musim 2014-2015, Juventus menebus kontrak Paulo Dybala dengan uang sebesar 32 juta euro (Rp. 508 miliar) untuk memasuki musim 2015-2016. (3)

Performa Paulo Dybala tentu tidak mengecewakan.

Kekosongan atas kepergian Carlos Tevez dan Alessandro Del Piero dengan cepat mampu Paulo Dybala gantikan.

Paulo Dybala menjadi salah satu tumpuan dalam mencetak gol selepas Carlos Tevez pergi pada akhir musim 2014-2015 dan sekaligus mengisi ketiadaan peran trequartista pasca Alessandro Del Piero pergi pada 2012.

Musim pertama berjalan sukses bagi Paulo Dybala.

Namun pada musim kedua atau 2016-17 lah yang merupakan puncak performa pemain bertinggi 174 cm itu.

Paulo Dybala hanya mencetak 11 gol di Serie A, tetapi dia menjadi penenyu penting dalam perjalanan Juventus di Liga Champions Eropa.

Musim itu, dengan datangnya striker Gonzalo Higuain, Paulo Dybala bermain sebagai gelandang serang dalam formasi 4-2-3-1 a la Massimiliano Allegri dan menunjukkan taji penting ketika melawan klub Lionel Messi, Barcelona.

Pada leg pertama perempat final Liga Champions Eropa, dia mencetak dua gol guna membawa La Vecchia Signora menang 3-0.

Sayang perjalanan Juventus harus terhenti di final ketika kalah telak 1-4 dari Real Madrid dan penampilan Paulo Dyabala yang buruk menjadi salah satu kritik untuk alag final di Cardiff, Wales itu.

Paulo Dybala, yang terkenal dengan mask celebration tetap menjadi pilar penting bagi Juventus pada musim-musim selanjutnya.

Tetapi, kedatangan Cristiano Ronaldo pada musim 2018-19 sedikit membuat dirinya tersingkir secara peran di lapangan karena haru bermain lebih melebar dari sayap kanan dan sorotan utama beralih ke megabintang asal Portugal tersebut.

Karier Internasional

Paulo Dyabala sempat menjadi rebutan federasi sepak bola Italia dan Argentina.

Karena berpaspor Italia, dia ditawari untuk berseragam Azzurri di level internasional.

Namun, Paulo Dybala menolaknya dan memilih bermain untuk kampung halamannya, Argentina.

Paulo Dybala tak pernah bermain untuk tim junior Argentina.

Dia langsung merasakan debut tim senior pada 2015 dalam laga melawan Paraguay di kualifikasi Piala Dunia 2018. (5)

Namun, hingga kini belum ada raihan special yang Paulo Dybala hantarkan untuk skuad Albiceleste.

Cerita Paulo Dybala bersama timnas Argentina justru lebih banyak tentang membanding-bandingkan dirinya dengan Lionel Messi.

Berposisi sama dan memiliki kemiripan gaya bermain membuat beberapa pelatih Argentina seperti Jorge Sampaoli dan Lionel Scaloni kesulitan memainkan Paulo Dybala karena lebih mengutamakan Lionel Messi.

Dan itu terbukti ketika di Piala Dunia 2018 dan Copa America 2019, Paulo Dybala hanya memanaskan bangku cadangan dan jarang sekali diturunkan.