BMKG mengungkap cuaca dingin yang akhir-akhir ini dirasakan sebagian warga di Jawa Timur dan beberapa tempat lainnya merupakan fenomena yang biasa terjadi jelang musim kemarau. Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto mengungkap cuaca dingin dan angin kencang diprediksi terjadi pada Juni hingga Agustus.
Sehingga pada periode tersebut curah hujan diprediksi akan cenderung menurun, dan hanya menyisakan hujan lokal di daerah dataran tinggi atau pegunungan saja.
Ia menyebut suhu pada siang hari di Jatim akan cenderung kering dan panas, namun pada malam harinya suhu menajadi dingin, dan puncaknya pada dini hari.
Panas Seperti India
"Secara umum kondisi cuaca di Jatim akan panas kering pada siang hari, namun pada malam hari hingga pagi hari akan bersifat dingin. Masyarakat menyebut kondisi ini dengan istilah 'bediding'," kata Teguh, saat dikonfirmasi, Senin (24/6).
Teguh menyebut, salah satu faktor penyebabnya adalah, saat musim kemarau berhembus angin muson timur-tenggara yang membawa massa udara dari Benua Australia yang memiliki sifat kering dan dingin.
Secara ilmiah, kata Teguh, suhu dingin tersebut terjadi lantaran, pada saat musim kemarau, bumi cenderung cerah dan tak berawan, hal itu menyebabkan radiasi panas matahari yang diterima bumi bisa langsung dipancarkan kembali ke luar angkasa, tanpa tertutup awan di malam harinya.
"Analogi paling mudahnya itu, kemarau ini kan gak ada awan, kemudian ketika malam hari, bumi (bisa) melepaskan suhu panasnya akan semakin banyak, semakin sering melepaskan reaksi bumi ke angkasa tanpa ada tertutup awan," ujarnya.
"Kalau ada awan ini kan kembali ke bumi. Nah paling gampangnya, kayak kita habis masak kopi, kopinya ditutup pakai penutup, sama dengan kopi tidak pakai penutup, panasnya akan lebih lama, tapi ketika dilepas penutupnya (kopi) akan lebih cepat dingin," tambahnya.
Untuk itu, Teguh meminta masyarakat untuk tak terlalu membesarkan-besarkan suhu dingin yang sudah beberapa hari ini dirasakan di Jawa Timur, dan menganggap itu sebagai hal yang aneh. Sebab hal ini adalah fenomena yang sudah biasa.
"Jadi dampaknya, hujan yang terjadi itu akan cenderung tidak ada, pembentukan awan yang untuk hujan juga sudah kecil, kecuali daerah tertentu yang relatif sifatnya lokal misalnya lereng pegunungan, daerah pegunungan," kata dia.
Kendati demikian, Teguh mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi peningkatan atau meningginya gelombang laut, dan angin kencang yang bersifat lokal di daerah Pasuruan dan Probolinggo.
"BMKG Juanda mengimbau kepada masyarakat Jatim agar tetap menjaga kesehatan akibat perbedaan suhu siang dan malam. Bagi masyarakat pesisir serta pengguna transportasi laut waspadai gelombang tinggi," pungkasnya.
Post a Comment